Karena kekayaan sesungguhnya adalah ilmu, maka abadikanlah ilmumu dengan menuliskannya -niestarry-
RSS

Minggu, 20 Juli 2014

Dr. Aafia Siddiqui, the Lady of Al Qaeda

Kali ini saya ingin menceritakan seorang tokoh perempuan yang sungguh ditakuti oleh orang Amerika. Meski bagi bangsa Amerika beliau dianggap musuh yang perlu dibinasakan, namun saya mengidolakan beliau seperti teman saya mengidolakan Hitler. Bagi kami, tidak selamanya hitam adalah hitam, karena dibalik hitam tentu ada putih, dan dibalik putih pun pasti ada hitam. sejahat apapun seseorang, pasti ada suatu titik dimana dia bisa dijadikan teladan. Mungkin di beberapa sumber kisah yang saya ceritakan ini tidak benar dan hanya karangan orang Amerika saja, namun, justru saya harap cerita ini benar, karena dari situlah saya terinspirasi. Wallahu a'lam bi showwab. Demikian kisahnya...

Dr. Aafia Siddiqui Ph.D, memiliki 144 gelar dan sertifikat kehormatan dalam bidang Neurologi dari lembaga yang berbeda, satu-satunya ahli saraf di dunia yang memiliki gelar kehormatan Ph.D dari Universitas Harvard, Hafiz-e-Qur’an, Aalima dan berbagai macam penghargaan lainnya. Beliau diculik bersama 3 anaknya oleh agen intelijen AS dari Karachi dengan keterlibatan dinas intelijen Pakistan.

Pada awal tahun 2003, ia diangkat sebagai kurir dan pemodal untuk al-Qaeda oleh Khalid Sheikh Muhammad dan masuk dalam "daftar pencarian" agen FBI. Dia menghilang dan ditangkap di Ghazni, Afghanistan, dengan tuduhan membuat bom dengan kontainer natrium sianida. Siddiqui didakwa di pengadilan distrik federal New York pada bulan September 2008 atas tuduhan percobaan pembunuhan dan penyerangan pada sebuah insiden dalam sebuah wawancara dengan otoritas AS di Ghazni. Setelah 18 bulan dalam tahanan, ia diadili dan dihukum pada awal 2010 dan dijatuhi hukuman 86 tahun penjara. 

Dr. Aafia Sidiqqui kini dikenal sebagai "the Lady of Al Qaeda", "Grey Lady of Baghram", "The Ghost of Baghram", dan "The Prisoner 650"



Aafia siddiqui lahir di Karachi, Pakistan, pada tanggal 2 Maret 1972. Dia menghabiskan masa kecilnya di Zambia hingga usia 8 tahun. Dia adalah yang termuda dari tiga bersaudara. Ayah Aafia, Muhammad Siddiqui, adalah seorang dokter dari Inggris dan ibunya, Ismet, adalah ibu rumah tangga yang juga aktif dalam sebuah lembaga sosial. Kakak laki-lakinya adalah seorang arsitek di Texas, sedang kakak perempuannya, Fauzia, adalah seorang neurologist lulusan Harvard yang bekerja di rumah sakit Sinai di Baltimore dan juga mengajar di universitas John Hopkins sebelum kembali ke Pakistan.
Pada 1990 ketika masih berusia 18 tahun Aafia pindah ke Texas, tempat dimana kakak laki-lakinya berada. Awalnya dia mengambil studi di Universitas Houston. Ketika masih tinggal di Texas, Aafia memenangkan sebuah essay tingkat nasional dengan judul “how intercultural attitudes in America helped to shape a multinational world.”
Setelah menghabiskan tiga semester di University of Houston, dia pindah ke Massachusetts Institute of Technology (MIT) dengan mendapatkan beasiswa penuh. Rekan satu kampus Siddiqui mengatakan bahwa ia adalah orang yang pendiam, rajin dan taat pada agama, sangat jauh dari karakter yang digambarkan oleh media sebagai “The Lady of Al Qaeda”. Rekan sekampusnya yang tinggal di asrama pada waktu itu menggambarkan sosok Aafia “Dia adalah orang yang manis dan lembut tutur katanya, dan tidak keras.”
Tekad dalam hidupnya untuk memperbaikan kondisi umat Islam berpengaruh pada prestasi akademiknya. Pada tahun kedua di MIT, dia memenangkan Carrol L Willson Award dan mendapatkan dana hibah sebesar 5,000 US dolar untuk penelitiannya “Islamization in Pakistan and its Effects on Women” (Islamisasi di Pakistan dan Pengaruhnya pada kaum Perempuan) . Sebagai seorang junior Aafia juga mendapatkan beasiswa 1,200 US dolar melalui program dari MIT untuk membantu pengelolaan taman bermain di sekolah dasar Cambridge. Selain prestasinya di bidang akademis, Aafia merupakan sosok yang disegani karena dia adalah seorang hafidzah Quran.
Berbagai macam prestasi gemilangnya tidak lantas menjadikannya sebagai seorang mahasiswa yang hanya berkutat pada diktat kuliah serta kehilangan kepekaan terhadap kondisi dakwah sekitarnya. Disamping menjadi relawan pengajar di Martin Luther King School, selama di MIT, Aafia bergabung dengan organisasi Muslim Student Association (MSA) dan aktif terlibat dalam upaya pengenalan Islam kepada non Muslim dalam rangka lebih memahamkan keimanannya (Islam) dan mengajak mereka pada Islam.
Pada waktu itu, kebanyakan anggota aktif dari MSA sangat terinspirasi pada sosok syaikh Abdullah Azzam. Hingga kemudian mereka mendirikan Kifah Refugee Center (Broklyn, New York) yang mana menjadi organisasi kemanusiaan pada bidang relawan, media serta penggalangan dana untuk mendukung perjuangan umat Islam di Afghanistan dan Bosnia.
Ketika pemerintah Pakistan meminta bantuan dari AS untuk menangani religious ekstrimist pada tahun 1995. Aafia melancarkan kritik keras lewat tulisannya kepada pemerintah Pakistan mengingatkan tentang pentingnya konsepsi al Wala wal Bara, serta lerangan untuk mengambil wali dari orang-orang Yahudi dan Nasrani.
Aafia Siddiqui mengambil tiga jurusan di MIT pada bidang biologi, antropologi dan arkeologi dan lulus pada tahun 1995 dengan gelar B.S. (Bachellor of Science).
Aafia akhirnya menetap di Massachusetts dan memperoleh gelar PhD dalam bidang neuroscience dari Universitas Brandeis pada tahun 2001. Beliau adalah seorang Muslim yang aktif dalam kegiatan keislaman, sebelum kembali ke Pakistan pada tahun 2002. 

Pada bulan Mei 2004, FBI menyebut Aafia Siddiqui sebagai salah satu dari tujuh Teroris yang Paling Dicari. Keberadaannya tidak diketahui selama lebih dari lima tahun sampai dia dilaporkan ditangkap pada Juli 2008 di Afghanistan. Dalam penangkapannya, polisi Afghanistan mengatakan dia membawa dompet yang berisi catatan  berupa tulisan tangan dan komputer thumb drive yang berisi cara untuk membuat bom konvensional dan senjata pemusnah massal, petunjuk tentang cara membuat mesin penembak pesawat tak berawak AS, deskripsi landmark New York City dengan tujuan serangan massal, dan dua pon sodium sianida dalam botol kaca.

Tak lama setelah penangkapan paman dari suaminya yang kedua, Khalid Sheikh Mohammed, yang merupakan perencana utama dugaan serangan 11 September, beliau diculik bersama ketiga anaknya. Khalid Mohammed dilaporkan menyebut nama Siddiqui ketika ia sedang diinterogasi. Hal tersebut menyebabkan beliau masuk dalam "daftar pencarian" agen  FBI dalam rangka Perang Melawan Terorisme. Menurut berkas yang disusun oleh para penyelidik PBB untuk Komisi 9/11 pada tahun 2004, Aafia Siddiqui, menggunakan alias Fahrem atau Feriel Shahin, adalah salah satu dari tujuh tersangka anggota al-Qaeda yang membeli berlian darah senilai $ 19.000.000 di Monrovia, Liberia, beberapa waktu sebelum serangan 11 September 2001. Berlian dibeli karena merupakan aset yang tidak bisa dilacak, aset tersebut akan digunakan untuk mendanai operasi al-Qaeda. Pengacara Siddiqui memperlihatkan tanda terima kartu kredit dan catatan lain yang menunjukkan bahwa Siddiqui berada di Boston pada saat itu. 


Selama 5 tahun, keberadaan Dr. Siddiqui dan tiga anaknya tidak diketahui hingga perwira kepolisian Afghanistan di propinsi Ghazni menyatakan di bulan Juli 2008 bahwa Dr Siddiqui ditangkap dengan tuduhan terorisme. Ia sekang disekap di penjara di Brooklyn, New York– Dr Siddiqui yang memiliki dual kewarganegaraan AS dan Pakistan kini menghadapi pengadilan AS dengan tuduhan usaha pembunuhan terhadap personil angkatan bersenjata AS di Afghanistan. Keberadaan tiga anaknya hingga kini belum diketahui.

Pengacaranya dan berbagai organisasi HAM (hak asasi manusia) meyakini bahwa setelah menghilang, Dr. Siddiqui disekap di pangkalan militer AS Bagram di Afghanistan. Organisasi tersebut dan keluarganya mengklaim bahwa selama itu dia telah disiksa hingga kehilangan pikiran. Mereka percaya bahwa dia adalah ‘Tahanan 650′ di Bagram, sebagaimana diceritakan oleh tahanan lainnya yang berhasil melarikan diri dari atau dilepaskan dari penjara, sebagai satu-satunya wanita yang disekap dalam tahanan, jeritan dan teriakannya kerap menghantui tahanan lainnya. Anggota parlemen Lord Nazir Ahmed yang mengangkat isu tentang kondisi Tahanan 650 di House of Lord, saat identitas tahanan 650 itu belum diketahui, berkata bahwa dia telah disiksa dan kerap diperkosa oleh sipir penjara. Lord Nazir juga mengatakan bahwa Tahanan 650 tidak diberikan toilet yang terpisah bahkan tahanan yang lain pun bisa melihat tubuhnya ketika mandi.

Penistaan terhadap Aafia Siddiqui tidak berhenti di Bagram. Kini ia ditahan di Pusat Penahanan Metropolitan Brooklyn, dan dipaksa untuk diperiksa dengan melepaskan seluruh pakaiannya setiap kali ia hendak bertemu dengan pengacaranya, diplomat Pakistan, dan anggota keluarganya. Ini semua dilakukan bahkan ketika kantor penjara sudah melarang adanya kontak fisik antara dia dengan siapapun. Saudara perempuan kita ini menolak penistaan semacam ini dan akibatnya harus melepaskan haknya untuk bertemu dengan pengacaranya dalam banyak kesempatan.



Suatu hari dalam penahanannya di markas polisi, Siddiqui ditembak dan terluka parah. Interogator-nya mengatakan dia merebut senapan dari balik tirai kemudian menembaki mereka. Namun, menurut Siddiqui, ia hanya berdiri untuk melihat siapa yang berada di seberang tirai dan hal tersebut mengejutkan tentara, satu diantaranya kemudian menembaknya. Ia mendapat pertolongan medis untuk luka-lukanya di Bagram Air Base dan diterbangkan ke AS untuk disidang di pengadilan federal New York City dengan tuduhan percobaan pembunuhan dan serangan bersenjata pada petugas AS dan karyawan. Dia membantah tuduhan tersebut. Setelah mendapat evaluasi psikologis dan terapi, hakim menyatakan dia secara mental siap untuk menghadapi persidangan. Selama proses persidangan Siddiqui banyak menginterupsi proses sidang dengan ledakan kata-kata sehingga harus dikeluarkan dari ruang sidang beberapa kali. Hakim menghukumnya atas semua tuntutan pada bulan Februari 2010.

Jaksa berpendapat bahwa "pertumbuhan terorisme" membutuhkan jangka waktu seumur hidup. Pengacara Siddiqui meminta keringanan hukuman 12 tahun, dengan alasan bahwa dia menderita penyakit mental. Tuduhan terhadap dirinya semata-mata karena menembak, dan seharusnya Siddiqui tidak didakwa dengan kejahatan yang berkaitan dengan terorisme.

Amnesty International memantau persidangan untuk memastikan adanya keadilan. Empat anggota parlemen Inggris menyebut sidang tersebut sebagai "a grave miscarriage of justice" karena melanggar Konstitusi Amerika Serikat amandemen Keenam sebagaimana kewajiban Amerika Serikat sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan mereka menuntut pembebasan Siddiqui. Dalam sebuah surat kepada Barack Obama, mereka menyatakan bahwa bukti ilmiah dan forensik yang mengaitkan Siddiqui ke senjata yang disinyalir digunakannya dalam penembakkan sangat kurang. Pendukung Siddiqui sangat banyak, termasuk beberapa organisasi hak asasi manusia internasional,. Mereka mengklaim bahwa Siddiqui bukanlah ekstrimis dan dia beserta anaknya yang masih kecil ditahan secara ilegal, diinterogasi dan disiksa oleh intelijen Pakistan dan pemerintah AS selama lima tahun dia menghilang . Pemerintah AS dan Pakistan membantah semua klaim tersebut.

Referensi:
http://en.wikipedia.org/wiki/Aafia_Siddiqui
http://halaqah.net/v10/index.php?topic=19587.0
http://hizbut-tahrir.or.id/2008/08/28/dunia-barat-dan-penguasa-muslim-harus-malu-terkait-kasus-dr-aafia-siddiqui/
http://shoutussalam.com/2012/01/dr-aafia-siddiquiaktivis-dakwahilmuwanhafidzahdan-ibu/
http://www.arrahmah.com/news/2013/05/08/dr-aafia-siddiqui-sang-tahanan-650.html
http://www.presstv.com/detail/2013/07/22/314973/the-strange-case-of-aafia-siddiqui/
http://www.rense.com/general84/dg.htm


Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar