Hmm... sama2 berkomentar mbok yaa komentarnya yang baik. Orang berpendidikan pasti tau lah gimana caranya menyampaikan pendapat, menegur kesalahan orang, memberi kritik dan menanggapi kritik dengan baik. Apalagi seorang organisator. Kalo belum bisa berkata yang baik, mendingan diam. Inget, itu sunah nabi.
Nasihat bapak, orang itu harus punya prinsip: "Ambil ikannya, tanpa membuat keruh air kolam". Jadi jangan asal ngebom aja, malah mati semua ntar ikannya.
Memang, pendewasaan itu bertahap. Semua melalui proses pembelajaran dan bimbingan. Dan setiap orang bebas memilih jalan mana yang harus dia tempuh untuk mencapai kedewasaan. Itulah mengapa tingkat kematangan seseorang berbeda2.
Oiya sebagai seorang organisator, terutama pemimpin di sebuah organisasi, seharusnya bisa menempatkan diri. Bagaimana dia harus berkomentar, dan hal-hal apa sajakah yang boleh dia komentari. Terutama untuk isu-isu sensitif, sebaiknya tidak mendukung atau mendiskreditkan salah satu pihak. Apalagi di dunia maya. Kembali lagi, tingkat pemahaman orang berbeda2, sudut pandang juga berbeda, satu kalimat ambigu bisa menjadi bumerang, bukan hanya untuk dirinya, nama baik organisasi yang dipimpinnya pun bisa jadi taruhan.
Sebelum men-judge seseorang/sesuatu, biasakan positif thinking dulu, klarifikasi, cari tahu latar belakangnya, dan dengarkan alasannya. Jangan cuma dengan modal isu santer dan negative thinking anda langsung memberikan pernyataan.
Satu lagi, ketika melakukan kesalahan jangan pernah mencari pembenaran apalagi bersembunyi dibalik kekuasaan. Jangan memutar balikkan fakta untuk membersihkan nama. Jangan membawa nama orang lain ketika terseret masalah tapi jangan berlepas tangan bila orang lain terkena masalah. Bukan berarti harus ikut campur, tapi bersinergi untuk kebaikan.
