Karena kekayaan sesungguhnya adalah ilmu, maka abadikanlah ilmumu dengan menuliskannya -niestarry-
RSS

Sabtu, 13 Juli 2013

Perjalanan Panjangku

Bismillahirrohmanirrohim....
Sebelumnya mohon maaf karena dalam tulisan ini melibatkan beberapa orang, semata-mata hanya untuk menginspirasi dan memotivasi pembaca.

Pada waktu subuh tanggal 5 September 1993, pada sebuah gubug sederhana milik seorang bidan desa (sekarang sudah tidak ada), lahirlah yang seorang bayi perempuan yang kemudian diberi nama Nisa'u Luthfi Nur Azizah oleh almarhum kakek saya. Bayi ini terlahir dari pasangan yang sangat sederhana, ibu yang saat itu masih mahasiswa dan ayah yang baru saja lulus dan bekerja serabutan. Saat itu keadaan ekonomi keluarga kami sedang sangat sulit, ayah rela bekerja apa saja untuk menghidupi kami sekeluarga dan ibu juga meninggalkan bangku kuliahnya untuk membantu ayah bekerja. Saat itu kami juga belum memiliki tempat tinggal sendiri jadi harus tinggal di rumah simbah dari ayah dan ibu bergantian. Barakallah untuk ayah dan ibu, semoga kerja kerasmu diganti dengan jannah.

Saat aku berumur hampir 4 tahun, tepatnya tahun 1997, lahirlah adikku. Saat itu keadaan ekonomi bertambah sulit, ayah harus resign dari perusahaannya karena sebuah konspirasi orde baru (yang tidak bisa dijelaskan disini), namun saat itu ayah sudah mempu memberi rumah sederhana untuk kami tinggal. Saat itu rumah kami hanya ada 3 ruangan, tanpa kamar mandi, tanpa daun jendela dan pintu, berlantai tanah, temboknya pun baru sebatas batu bata tanpa cat maupun pelitur, jadi kalau malam kami menutup pintu dan jendela dengan gedeg (anyaman bambu untuk penutup), dingin memang, apalagi kalau hujan pasti bocor. Seingatku, untuk menyokong kehidupan keluarga kami ayah pernah berjualan es lilin keliling kampung, jualan gethuk, telur puyuh, kurma (saat ramadhan), dan akhirnya punya kios di pasar untuk jualan makanan kecil. Oiya, ibu saat itu mengajar di TK Aisyiyah desaku. Hal itu berlangsung selama beberapa tahun. Sampai akhirnya saat aku SD ayah bekerja di KUD Jaten, walaupun gajinya tidak seberapa namun perekonomian keluarga kami sedikit membaik.

Saat aku SMP alhamdulillah aku berprestasi di sekolah, jadi tidak membayar sama sekali dan cukup meringankan beban orang tua. Saat itu ibuku merangkap mengajar di 3 tempat: TK, MI, dan SMP sebagai guru wiyata bhakti. Setiap bulan gajinya hanya 100-200 ribu rupiah. Jadi ibu dirumah juga masih harus menerima jahitan untuk menutup kebutuhan dan menabung sedikit-sedikit.

Saat aku lulus dari SMP, orang tuaku bingung mencari sekolah untukku. Bukan karena aku bodoh tapi ya sekali lagi karena masalah biaya. Tapi dasar aku bandel saat itu, belum ngerti kesulitan orang tua, aku ngotot kalo gak sekolah di SMA 1 pilih gak sekolah, itu juga harus yang program RSBI. Astaghfirullah.... Tapi saking sayangnya orang tuaku sama aku ya mereka mengiyakan aku mendaftar di SMA 1, alhamdulillah...  ayah bilang setiap orang punya rejekinya masing-masing, rejekimu pasti dijamin sama Allah, kalau Allah mengizinkan kamu diterima di SMA 1, Allah pasti memberi jalan untuk membayar biaya sekolahmu. Subhanallah bijaksana banget....

Setiap orang punya rejekinya masing-masing, rejekimu pasti dijamin sama Allah, kalau Allah mengizinkan kamu diterima di SMA 1, Allah pasti memberi jalan untuk membayar biaya sekolahmu.

 Benar saja, segala puji bagi Allah, saat tahun pertama di SMA, ibu ikut pendaftaran CPNS, dari seluruh pesera Kabupaten Karanganyar (>100 peserta) lowongannya hanya 1 kursi. Dan Alhamdulillah ibukulah yang berhasil lolos seleksi. Tapi tetep saja gaji CPNS kan belum penuh seperti gaji PNS, namun setidaknya SK CPNS dapat digunakan untuk mengajukan pinjaman di bank. Sudah rutin bagiku dipanggil wali kelas karena nunggak SPP 3 bulan, kadang lebih, bahkan sudah terkenal di kalangan guru-guru kalau aku nggak dipanggil ya nggak akan akan bayar. Hehehe... lha gimana, wong ya orang tua belum punya uang... :-D 

Sekali lagi, aku bersyukur pada Allah karena dilahirkan sebagai seseorang yang cukup cerdas. Seandainya aku tak mendapat karunia itu, aku pasti sudah dikeluarkan dari SMA 1 sejak dulu, tapi karena karunia itu aku dipertahankan, bahkan wali kelasku sampai berniat membiayaiku, namun aku menolak. Aku percaya, seperti yang kupelajari dari ayah bahwa hanya kepada Allah tempat kita meminta belas kasihan, selama Allah masih sayang sama kita, kita tak perlu minta belas kasihan terhadap makhluk. Allah pasti memberi rejeki dari jalan yang terhormat.

Hanya kepada Allah tempat kita meminta belas kasihan, selama Allah masih sayang sama kita, kita tak perlu minta belas kasihan terhadap makhluk. Allah pasti memberi rejeki dari jalan yang terhormat.

Saat aku lulus SMA, aku pengen banget mendaftar di fakultas kedokteran UI. Tapi melihat kedua orang tuaku aku tak tega memaksakan kehendakku lagi. Saat itu SNMPTN, melihat rincian biaya kuliah, ayah menyuruhku mendaftar FKIP di pilihan pertama dan perpustakaan di pilihan kedua. Aku gak mau, aku bersikeras mendaftar di kedokteran, sudah menjadi mimpiku sejak TK untuk menjadi seorang dokter, dan akhirnya setelah melaui tawar menawar yang panjang akhirnya aku memutuskan pilihan di pendidikan dokter UNS. Aku nggak mau mengisi pilihan kedua, bagiku kalau tidak masuk di kedokteran ya nggak kuliah. Astaghfirullah.. Aku masih saja ngotot sampai saat hari H aku mendaftar ibu memintaku mengisi pilihan kedua di FKIP, terserah aku pilih pendidikan apa, yang penting FKIP. Yasudah saat itu aku mengisi pilihan kedua di Pendidikan Matematika FKIP UNS. Saat itu aku mendaftar program beasiswa bidik misi namun entah kenapa dari pihak sekolah pengajuanku tidak diloloskan. Jadi aku tetap masuk dari jalur reguler tanpa beasiswa, gak papa, aku masih percaya, kalau seandainya aku diizinkan menimba ilmu lebih banyak di Fakultas Kedokteran, aku ditakdirkan untuk berjihad melalui jalan kesehatan, Allah pasti memberi rizki dari arah yang tak disangka-sangka.

Hmm...... dari situlah aku belajar menghadapi kerasnya kehidupan. Bagaimana harus bersikap ketika keinginan tak menjadi kenyataan. Bagaimana memilah antara keinginan dan kebutuhan. Dan bagaimana memegang erat sebuah prinsip, mewujudkan keyakinan menjadi sebuah jalan menuju keseksesan. Betapa berartinya orang tua sebagai penyokong utama terwujudnya mimpi, dari dari sini aku mengerti betapa pentingnya birrul walidain.

And it's me now! Seorang mahasiswi Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran UNS, semester 4, dengan kuliah lancar, organisasi lancar, asisten Laboratorium Anatomi dan Embriologi FK UNS. Selangkah lebih dekat untuk merealisasikan mimpi, siap membanggakan orang tua dan siap berbakti untuk negeri. :)

Sekarang saatnya melanjutkan mimpi, mau jadi apa aku setelah ini? Kita lihat saja nanti. Yang jelas perjuanganku belum selesai di sini. Masih ada amanah orang tua yang belum kutunaikan dan jasa mereka yang belum kubalas. Sampai saat ini hanya doa yang terlantun disetiap sujud yang bisa kuberikan untuk mengganti jasa orang tuaku. Tunggulah sebentar lagi ayah, ibu. Sebentar lagi tanamanmu akan memberikan panen yang memuaskan. Insyaallah..

Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar