Jumat, 08 Agustus 2014
Namamu tertulis di Sidratul Muntaha
Label:
muhasabah,
nice to know
Sidrat al-Muntahā berasal dari kata sidrah dan muntaha. Sidrah adalah pohon Bidara, sedangkan muntaha berarti tempat berkesudahan. Dengan demikian secara bahasa Sidratul Muntaha berarti pohon Bidara tempat berkesudahan. Disebut demikian karena tempat ini tidak bisa dilewati lebih jauh lagi oleh manusia dan merupakan tempat diputuskannya segala urusan yang naik dari dunia di bawahnya maupun segala perkara yang turun dari atasnya.
Sidratul Muntaha digambarkan sebagai Pohon Bidara yang sangat besar, tumbuh mulai Langit Keenam hingga Langit Ketujuh. Dedaunannya sebesar telinga gajah dan buah-buahannya seperti bejana batu. Menurut Kitab As-Suluk, Sidrat al-Muntahā adalah sebuah pohon yang terdapat di bawah 'Arsy, pohon tersebut memiliki daun yang sama banyaknya dengan sejumlah makhluk ciptaan Allah.
Di dalam suatu riwayat di ceritakan : "Allah SWT telah menciptakan sebuah pohon di bawah Arsy yg mana daunnya itu sama banyaknya dengan bilangan makhluk yang Allah ciptakan. Jika seseorang itu telah diputuskan ajalnya, maka umurnya hanya tinggal 40 hari dari hari yang diputuskan.
Dan jatuhlah daun itu kepada Izrail, maka tahulah Izrail bahwa ia telah diperintahkan untuk mencabut nyawa orang yg tertulis pada daun tersebut. Setelah itu mereka menyebut orang yang sdh tertulis pada daun tersebut sebagai mayat di langit, padahal ia masih hidup di dunia untuk jangka waktu 40 hari, dan diterangkan pula, bahwa akan jatuh dua titisan dari bawah Arsy pada daun yang mana nama orang itu disebut sebagai mayat, satu titisan berupa warna hijau dan satu lagi berupa warna putih.
Dikatakan kalau titisan yang berwarna hijau jatuh pada nama yang dituliskan pada daun itu,maka alamatnya celakalah dia dan kalau titisan putih jatuh pada daun orang yang nama ditulis pada daun itu, maka pertanda, berbahagialah orang itu.
Untuk mengetahui tempat mati, maka Allah menjadikan malaikat Arham. Apabila Allah mencipta sesuatu kelahiran, Dia perintahkan malaikat Arham tersebut masuk ke dalam sperma yang berada dalam rahim ibu dengan debu bumi yang akan diketahui di mana ia akan mati, lalu keluarlah seorang hamba itu menuju ke mana saja di pelosok bumi ini. Kemudian pada saat kematian tiba, iapun akan kembali pada tempat pengembalian dari pada debu di mana di situlah ia akan menemui ajalnya."
Sebagaima firman Allah subhanallahu wa ta'ala :
Allah subhanallah berfirman : "Katakanlah, sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu, akan keluar juga ke tempat mereka terbunuh...” (Ali Imran : 154)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar