Aku punya teman, mungkin yang belum mengenalnya pasti kagum padanya, aku pun begitu. Dia dengan segala prestasi dan kelebihannya, siapa yang memungkiri?
Tapi ada sesuatu yang paling nggak aku suka dari dia, yaitu egosentrisme-nya. Sumpah baru kali ini aku bertemu seseorang yang sebegitu besar egonya. Oke dia memang bersemangat, namun bagiku itu keterlaluan.
Dia yang selalu ingin menjadi “paling” diantara teman-temannya. Mulai dari hal sepele dari tiap foto selalu ingin paling tengah, kalo makan selalu ingin yang paling banyak, kalau dapat barang selalu ingin dapat yang paling bagus. Hingga hal yang jauh lebih penting dari itu.
Entahlah…. namun hati ini begitu sakit ketika sebagai teman tidak pernah dihargai, selalu dicurangi.
Bahkan ketika lomba pun, aku yang lebih besar porsi pengorbanannya, tapi dia yang ingin mendapatkan lebih keuntungannya.
Ketika lomba membuat komik, aku yang susah-susah menggambar, di kereta ekonomi tanpa meja bahkan, sampe lembur sampe malem, terus scan, edit photoshop, ngirim email. Dia cuma nyuruh. Tapi ketika pengumuman juara 1, dia minta hadiahnya uang dibagi 2 sama rata, tapi piagam dan pialanya untuk dia. Adil???
Ketika lomba research, dia cuma daftar dan ngirim abstrak, aku yang translate, menyusun, membuat poster, presentasi, dicecar sama juri, tapi dia ingin namanya jadi author utama. Adil???
Bahkan saat acara cultural night selesai dan kita dapat juara favorit dan mendapat hadiah yang harus dibagi dua, dia minta isinya dan aku dikasih bungkusnya, alasannya adalah itu adalah "ide" dari dia, padahal itu ide bersama-sama, dan akulah justru yang membawa makanan khas daerah. Adil???
Dia selalu ingin lebih, selalu ingin menjadi paling, tanpa mau melihat pengorbanan orang lain yang dilakukan untuk itu. Dia hanya ingin mendapat keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa mau berusaha sebelumnya.
Kamu pikir itu hakmu? Atau merampas hak orang lain? Kamu merasa bahagia setelah mendzolimi orang lain?
I’m ok, karena aku sadar semua hal pada akhirnya akan dimintai pertanggungjawaban. Bahkan hal kecil sepele pun. Jika suatu saat ditanya “darimana kamu mendapat ini?” “Apakah ada orang lain yang terdzolimi karena kamu mendapat ini?”. Aku bersyukur.
Setidaknya aku mendapat pelajaran untuk ini. Untuk selalu pandai merasa, melihat dan mendengar.
Apakah aku tidak ikhlas? Tentu saja aku ikhlas, aku selalu percaya semua hal ada balasannya.