Karena kekayaan sesungguhnya adalah ilmu, maka abadikanlah ilmumu dengan menuliskannya -niestarry-
RSS

Sabtu, 07 Juni 2014

Dengarkanlah, sayang..

Hari ini, satu lagi sahabatku bercerita tentangmu. Dia terkejut melihatmu bersama kekasih barumu. Saat bercerita kepadaku, dia yang semula berapi-api karena emosi menjadi tenang dan berkata, "Subhanallah u, aku nggak nyangka kamu bisa menghadapinya dengan setenang ini, aku belum pernah melihatmu setenang ini sebelumnya."

Iya sayang, sekarang aku telah dewasa. Aku tahu setiap masalah itu adalah guru kehidupan, yang mengajarkan kita kesabaran, dan kedewasaan. Semakin besar suatu masalah maka semakin dia bisa mendewasakan kita. Dari peristiwa itu aku belajar sabar, ikhlas, mengatur emosi, berpikir panjang, dan tersenyum ketika hati sedang gundah. Terima kasih, sayang, engkau telah menjadi perantara untukku menuju kedewasaan.

Aku tau, sayang, walau bagaimanapun sakitnya hatiku, emosi sama sekali nggak akan menyelesaikan masalah. Justru sabar dan ikhlas memaafkanlah yang akan membuat kita menang.

وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَ إِنَّ ذَلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الأُمُورِ

“Tetapi orang yang bersabar dan mema`afkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.” (Asy-Syuuraa:43)

Sayang, hari ini aku menangis. Tapi bukan karena aku sedih kehilanganmu atau cemburu melihatmu bersama kekasih barumu. Bukan pula karena aku takut tak mampu mendapatkan pengganti yang lebih baik darimu. Sama sekali tidak. Karena sesungguhnya semenjak tiga bulan perpisahan kita sudah ada orang yang meminta ta'aruf denganku. Aku tidak menolaknya karena menunggumu, tapi aku menolak karena aku menunggu waktu yang tepat. 
Aku menangis karena aku sedih mengingat masa laluku yang kelam. Betapa bodohnya aku. Betapa rendahnya aku. Dan saat ini aku mencoba berdamai dengan masa laluku itu. Tapi betapa sulitnya...
Sayang, setiap malam aku membayangkan bila aku saat ini berada di alam kubur. Aku membayangkan diriku yang penuh dosa berhadapan dengan malaikat-malaikat penjaga kubur. Mereka memberi pertanyaan kepadaku namun aku tak bisa menjawab karena mulutku disumpal oleh dosa-dosa yang telah lalu. Lalu mereka mengadzabku dengan siksa yang katanya amat mengerikan itu. Saat itu aku selalu terbangun dan sholat, aku memohon ampun untuk diriku sendiri dan dirimu.
Satu lagi yang membuatku menangis, sayang. Mengapa kamu belum tersadar? Mengapa kamu masih meneruskan perbuatan maksiatmu? Mengapa kamu tidak pernah mau mendengarkan ajakanku untuk berhenti dan kembali ke jalan yang lurus?
Kau bilang kau rajin sholat tahajud, sholat dhuha, dan ODOJ member. Tapi mengapa kamu masih berada dalam jurang kenistaan? Kau tau, sayang, kebaikan dan maksiat itu tidak mungkin bisa berjalan bersama. Dan apabila kamu rajin sholat, tentulah kamu dijauhkan dari perbuatan maksiat.
Tanda orang yang diterima shalatnya ialah orang yang tidak mengulangi maksiatnya kepada Allah Swt. Nabi bersabda, "Barangsiapa yang shalatnya tidak rnencegahnya dari kejelekan dan kemungkaran, maka shalatnya hanya akan menjauhkan dirinya dari Allah Swt."

Dalam hadis yang lain, Rasulullah Saw. bersabda:"Nanti, pada Hari Kiamat, ada orang yang membawa shalatnya di hadapan Allah Swt. Kemudian shalatnya diterima dan dilipat-lipat seperti dilipat-lipatnya pakaian yang kotor dan usang. Lalu sholat itu dibantingkan ke wajahnya."

Allah tidak menerima shalat itu karena shalatnya tidak dapat mencegah perbuatan maksiatnya setelah ia melakukan maksiat tersebut. Bukankah Al-Quran telah mengatakan, "...Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar..." (QS 29:45).



Sayang, sekali lagi aku berterima kasih karena setiap aku mengingat masa laluku semakin dalam pula penyesalanku. Dan itu membuatku semakin ingat kepada Allah SWT. Membuatku semakin semangat bertaubat dan memperbanyak ibadah untuk menutup dosa-dosaku. 

Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar