Karena kekayaan sesungguhnya adalah ilmu, maka abadikanlah ilmumu dengan menuliskannya -niestarry-
RSS

Kamis, 14 Februari 2013

Pacaran?

Kata pacaran sudah menjadi hal yang umum pada masyarakat. Tradisi pacaran yang terjadi sekarang ini banyak dipengaruhi oleh media massa yang menyebarkan adegan mesra ataupun lirik lagu romantisme yang mendominasi media elektronik seperti televisi, radio, dan internet. Akibatnya, kegiatan berpacaran yang telah nyata melanggar norma hukum, norma agama, maupun norma sosial di Indonesia masih terjadi dan dilakukan oleh orang-orang yang sebenarnya belum siap untuk memulai hubungan pacaran.

Jadi, kapan seseorang sudah siap untuk memulai hubungan pacaran? Yuk, pertama kita lihat dari arti pacaran dahulu!

APAKAH PACARAN ITU?
Menurut tayangan media massa, pacaran seringkali diartikan sebagai teman khusus, atau hubungan yang sengat dekat dengan antara laki-laki dan perempuan yang saling tertarik, sehingga membuat mereka selalu melakukan segala sesuatu bersama-sama. Ada juga anggapan bahwa pacaran hanya dianggap sebagai suatu kegiatan untuk sekedar bersenang-senang. Benarkah demikian? Sebenarnya apa yang dimaksud dengan pacaran?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga, yang dikenal dengan pernikahan.  Yang disebut pacar adalah teman lawan jenis yang mempunyai hubungan berdasarkan cinta-kasih.
Konsep dari pacaran di berbagai tempat berbeda. Ide yang paling umum adalah dua orang mencoba suatu hubungan dan menjajaki apakah mereka cocok untuk pergi keluar bersama di depan publik sebagai pasangan. Masa pacaran dapat dilihat sebagai pendahulu untuk pertunangan atau pernikahan.

TUJUAN DARI BERPACARAN
Jika hendak memulai sesuatu, tentunya pertama dilihat dari tujuannya. Apa tujuan dari berpacaran itu? Pacaran sebenarnya adalah suatu tahap dalam kehidupan seseorang dimana kedua orang yang sudah siap, baik dari segi biologis, psikologis, maupun sisi sosial-budaya untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi pernikahan. Tujuan utama dari pacaran adalah untuk menjajaki adanya kemungkinan untuk melanjutkan ke hubungan pernikahan.
Selain itu, ada beberapa tujuan lain, yakni :
  • Untuk bertumbuh secara sosial, emosional dan rohani
  • Untuk belajar bagaimana berkomunikasi
  • Untuk memenuhi kebutuhan mencintai dan dicintai
Dengan menyadari adanya tujuan dalam pacaran, remaja maupun dewasa dapat lebih mempersiapkan dirinya sebelum memasuki hubungan pacaran. Dalam memilih pacar, tentunya sudah ada sedikit standar (kriteria) tersendiri yang sesuai dengan kepribadian dan keinginan.

KESIAPAN UNTUK PACARAN, DITINJAU DARI BERBAGAI SISI
Biarpun arti dari pacaran adalah suatu tahap sebelum pernikahan, realitas berbicara lain. Pada kenyataannya, penerapan proses tersebut masih sangat jauh dari tujuan yang sebenarnya. Manusia yang belum cukup umur dan masih jauh dari kata siap untuk pacaran telah dengan nyata membiasakan tradisi yang semestinya tidak mereka lakukan. Jadi, kapan seseorang dikatakan siap untuk pacaran? Mari kita lihat dari berbagai sisi.

Sisi Biologis
Dilihat dari tujuan berpacaran yakni untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan, berarti seseorang dikatakan siap untuk berpacaran jika keduanya menjadi sebagai pria dan wanita dewasa.  Seseorang dapat dikatakan sebagai pria atau wanita dewasa secara fisik merupakan suatu proses, yang diawali ketika seseorang memasuki masa pubertas. Pada masa tersebut, mulai timbul rasa tertarik dengan lawan jenis karena hormon-hormon seksual, seperti testosterone, androgen, estrogen dan progesterone mulai aktif bekerja. Akibatnya, mulai terjadi perkembangan seksual sekunder.
Pada pria, perkembangan seks sekunder ditandai dengan timbulnya kumis, suara menjadi lebih berat, timbul jakun, otot-ototnya yang lebih kekar, dan dimulainya produksi sperma yang dikeluarkan secara sehat melalui mimpi basah. Pada wanita, perkembangan tersebut ditandai dengan panggul dan payudara yang membesar, suara yang lembut,  dan timbulnya menstruasi.
Walaupun perkembangan tersebut mulai terjadi pada usia 12-14 tahun (pada wanita) dan 13-15 tahun (pada pria), kondisi perkembangan seksual sekunder ini akan sempurna saat wanita berusia 16-17 tahun dan pria berusia 18-20 tahun.

Sisi Psikologis
Dari sisi psikologis , ada beberapa teori yang berkaitan dengan tumbuh kembang individu, termasuk kesiapannya untuk memulai hubungan pacaran.
Dilihat dari Teori Perkembangan Fisik, saat tepat adalah pada periode dewasa awal (early adulthood). Periode ini berkisar pada usia 18-40 tahun, dan tampak individu telah belajar dengan sungguh-sungguh untuk masa depannya; mulai memilih pasangan hidup dan pengaruh teman sebaya telah berkurang serta cita-cita menjadi lebih realistis.
Menurut Teori Perkembangan Seksual dari Freud,  seseorang siap untuk memasuki tahap pacaran jika perkembangan seksualnya telah sempurna. Proses perkembangan seksual terjadi pada fase genital, yang terdiri dari fase pubertas (11-13 tahun), fase adolescence (14-18 tahun), dan fase dewasa (18 tahun ke atas). Pada fase pubertas dan adolescence, seseorang sudah mampu melakukan heterosexual relationship, walaupun secara sosial masih belum mampu.
Menurut Teori Perkembangan Psikososial oleh Erickson, seseorang siap untuk memasuki tahap pacaran ketika sudah masuk ke fase Young Adulthood atau fase perkembangan dewasa (18-40 tahun). Fase ini merupakan fundamental dari masa dewasa. Pada fase ini polaritas seksual harus mantap, dan individu dituntut harus mampu untuk mengadakan hubungan seks dengan sesama orang dewasa yang berlainan seks. Individu pun harus mampu membagi kasih dan perhatian terhadap orang lain.
Pada fase ini, individu memasuki dunia dewasa dan diberi kebebasan sebagai orang dewasa, namun mempunyai kewajiban dan tanggung jawab atas segala perbuatannya. Adapun tugas perkembangan yang harus diemban adalah melaksanakan rencana hidup, memilih pasangan (jodoh), dan memilih suatu pekerjaan untuk kehidupannya. Pada fase ini, seorang individu harus lebih serius dalam kehidupan di masyarakat dan bertanggung jawab penuh.
Freud menungukapkan pernyataan : “Lieben and Arbaiten” (Lieben = intimacy, sexual partner mutuality; Arbaiten = tugas yang spesifik, harus menjurus ke arah karier) pada fase ini. Lieben und Arbaiten mengandung arti bahwa orang dewasa yang siap membentuk hubungan intim dengan orang lain (menjadi partner).

Sisi Sosial dan Budaya
Tradisi pacaran memiliki variasi dalam pelaksanaannya dan sangat dipengaruhi oleh tradisi individu-individu dalam masyarakat yang terlibat. Perbedaan tradisi dalam pacaran, sangat dipengaruhi oleh agama dan kebudayaan yang dianut oleh seseorang. Bahkan ada beberapa budaya dan lingkungan yang tidak mengenal kata pacaran, tetapi langsung pada pertunangan, bahkan langsung pernikahan tanpa melalui tahap pacaran dan pertunangan.

Jadi, Kapan Aku Siap untuk Pacaran?
Seseorang harus mempersiapkan dirinya dengan baik sebelum memulai hubungan pacaran. Berbagai konsekuensi dalam berpacaran haruslah sudah dipertimbangkan terlebih dahulu. Jika hendak memulai hubungan pacaran, haruslah dipertimbangkan :

Apakah sudah siap untuk berkomitmen? 
Jika pacaran hanya atas dasar perasaan/romantisme, lebih baik dijajaki lebih dahulu melalui hubungan persahabatan. Perasaan merupakan sesuatu yang tidak stabil. Ada saatnya kita membenci orang yang kita cintai, dan pada akhirnya berakibat pada sakit hati, rasa rendah diri, dan hanya menyakiti diri sendiri maupun orang lain.
Jika pacaran dilakukan untuk menambah koleksi, lebih baik dipikirkan ulang. Kebanggaan diri karena pernah berpacaran ataupun pernah memiliki pacar banyak hanyalah kebanggaan semu. Justru orang lain akan menganggap orang yang memiliki banyak pacar adalah orang yang murahan. Kadang pada saat seseorang mempertimbangkan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, orang tua pasangan atau bahkan pasangan sendiri mungkin akan berpikir ulang karena melihat sejarah seseorang sebagai playboy atau playgirl.

Apakah sudah siap untuk berpikir ke arah pernikahan?
Salah satu saat untuk memulai hubungan pacaran adalah ketika sudah siap untuk menikah. Tujuan utama pacaran memang untuk menjajaki kemungkinan akan hubungan yang lebih lanjut sampai pernikahan. Jika memang belum siap, lebih baik dimulai dari hubungan persahabatan tanpa perlu menginjak ke hubungan yang lebih jauh. Perasaan gengsi terhadap teman-teman yang sudah berpacaran sehingga ikut berlomba-lomba mencari pacar hanya akan merugikan diri sendiri.

Apakah sudah mengenal sifat-sifatnya melalui persahabatan, dan siap untuk menerima orang tersebut apa adanya?
Tanpa disadari persiapan yang mantap, pacaran hanya menjadi ajang coba-coba. Hal ini sangat berbahaya karena pacaran akan kehilangan makna dan bisa terjerumus kedalam hal-hal yang tidak diinginkan atau dibayangkan pada awalnya.
Ditinjau dari sisi biologis dan psikologis, seseorang dikatakan sudah siap untuk berpacaran saat sudah menginjak usia dewasa, dimana usia 18 dianggap sebagai usia yang menandai masa kedewasaan. Namun, usia tidak menjadi satu-satunya patokan. Seseorang dapat menjadi bertambah tua tanpa bertumbuh dewasa. Karena itu,  karakter, kepribadian, interaksi sosial, dan perkembangan individu masing-masing yang paling menentukan kapan seseorang siap untuk pacaran.

DAMPAK KETIKA  TIDAK SIAP PACARAN…
Bagaimana jika seseorang yang belum siap memulai hubungan pacaran? Dampaknya akan berpengaruh pada kondisi  fisik maupun mental. Seseorang yang tidak siap dalam kehidupan berpacaran dapat mengalami :
  • Depresi tingkat ringan sampai berat, bahkan sampai mencoba bunuh diri jika mengalami keadaan yang disebut sebagai putus hubungan. Hal tersebut dapat terjadi karena seseorang menggantungkan hidupnya pada pacarnya, sehingga identitas dirinya berdasarkan pacar yang dimilikinya.
  • Menganggu kegiatan sehari-hari dan masa depan karena masih mudah terpengaruh oleh pacar ataupun tidak bisa menjaga perasaan sehingga menimbulkan emotional dependency. Jika pacar sedikit saja tidak menepati waktu atau tidak memberi kabar , perasaan takut dan cemas mulai membayangi sehingga menganggu kegiatan sehari-hari.
  • Bisa menjurus ke arah yang tidak diinginkan, yakni penganiayaan sampai pada hubungan seksual bebas. Dalam hal ini, biasanya pihak perempuan yang paling dirugikan, walaupun tidak menutup kemungkinan pihak laki-laki menjadi korban juga.
Tidak mau kan seperti buah yang belum matang, tetapi dipaksa matang? Akibatnya tentu tidak sebagus buah yang matang secara alami. Jadi, tidak perlu memaksakan diri untuk pacaran. Akan ada waktunya ketika sudah siap dan kita bisa menikmati setiap prosesnya.
Sumber :
  • Kamus Besar Bahasia Indonesia, Edisi Ketiga, 2002:807
  • Dharmady, Agus Sp. KJ. Siklus Kehidupan dan Perkembangan Individu. 2003. Edisi Pertama. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa dan Perilaku Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.
  • Joshua Harris. Boy Meets Girls. 2000. Multnomah Books, division of Random House, Inc. Colorado USA
Penulis:
Cindy Lestari, dr.     
Dokter Klinik Kirana Karadenan, Bogor (Senin, Selasa, Jumat), Dokter Klinik Kirana2 Karadenan Bogor (Sabtu)

Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar